Titik Balik
Titik Balik
Prilly ragu-ragu memandang pintu mobil hitam mewah yang terbuka lebar. Samar-samar ia melihat profil seorang laki-laki tambun sedang mengisap rokok. Di belakang dirinya, teman - teman Prilly menyemangatinya. "Ayo Pril, masuk aja, elu nanti bisa kuliah dari uang tiga puluh juta itu, cepetan." Kingkong yang badannya gemuk besar nampak geregetan, " iya, Pril, goblok aja lu kalau elu nggak ambil duit itu..." Santoni yang kedua tangannya penuh tatoo nyengir-nyengir.
" Jangan, elu tidak boleh tergoda dengan bujukan uang itu demi untuk kuliahmu nanti." bujuk Boby. Boby mengetahui Prilly ingin sekali bisa kuliah untuk menggapai impian dan cita-citanya. Impian yang akan diraihnya itu tidak semestinya melalui pengorbanan dirinya dengan jalan menjual diri kepada si hidung belang.
Boby berharap dan mendoakan Prilly, bila suatu saat dia mampu masuk kuliah dan menyelesaikannya tepat waktu. Prilly tersenyum tipis menatap Boby. Yang dia tahu, Boby memang jebolan salah satu universitas yang cukup kondang di kota ini, tetapi dia tidak dapat menyelesaikannya sampai memperoleh gelar sarjana hukumnya, karena, katanya itu kemauan dari papanya yang berambisi agar Boby menjadi seorang sarjana hukum.
Prilly ingat benar, Boby pernah curhat kepadanya tatkala saat itu mereka sedang berkumpul sambil menghitung uang recehan hasil dari usaha mengamen. Boby terpaksa memilih hidup di jalanan untuk menghindari paksaan papanya dan terpesona dengan sosok seorang gadis seperti Prilly yang menjadi anak jalanan, mengamen dengan mengumpulkan uangnya receh demi receh, sedikit demi sedikit untuk biaya kuliahnya nanti.
Dengan hidup bebas ini, Boby dan Prilly akhirnya menjadi sahabat. Prilly sosok gadis berparas cantik, dan jujur. Boby suka sekali dengan keceriaannya, orang yang penuh semangat, yakin dengan apa yang dia jalani dan selalu konsekwen serta suka menolong dan membantu orang lain. Boby merenungkan pertemuannya dengan Prilly yang terus berlanjut dan banyak belajar darinya, tentang pilihan hidup yang harus dijalani dengan konsekwen dan jujur.
Sekarang ini Boby sudah tidak merasakan kesedihannya karena gagal kuliah, perlahan-lahan dia tidak mengingat lagi masalh itu, ketika melihat raut muka Prilly yang cerah kemerah-merahan yang sangat menghibur dirinya untuk tetap fokus dengan jalan hidupnya yang baik, "Terima kasih, Pril." batinnya ketika memperhatikan Prilly
Prilly kembali menatap mobil mewah itu dengan pintunya yang terbuka yang seakan-akan mengundang dirinya untuk segera masuk ke dalamnya. Batinnya galau, gadis belia usia 17 tahun itu memikirkan uang 30 juta rupiah yang katanya akan diterima jika dia masuk ke dalam mobil itu. Tetapi Prilly tahu benar, begitu pintu mobil itu tertutup, dia akan menambah cerita panjang dari deretan pelacur muda usia yang terbujuk atau terperangkap oleh situasi dan kondisi.
Prilly tidak tahu dari temannya yang mana ingin menjual dirinya kepada si om tambun itu, tetapi dia telah menyadari betul bahwa semuah keputusan berada di genggaman tangannya. Keputusan yang sangat penting dan darurat, menjadi pelacur atau tidak.
Boby merasa tidak rela jika sahabatnya itu terbujuk masuk ke dalam mobil neraka itu menurutnya. Boby mendekati Prilly dan berusaha memberi saran untuk tidak terbujuk oleh siapa pun yang tidak memiliki tanggung jawab kepada dirinya, dan hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Bagi Prilly uang 30 juta rupiah itu sangatlah banyak untuk membeli atau membayar sesuatu. Tetapi Boby mengingatkannya bahwa "Masih ada banyak jalan lain meskipun dengan cara yang sulit dan tidak instan namun kamu bisa mendapatkannya dengan sabar dan terus rajin menabung dari hasil receh-receh itu."
Melihat Boby mendekati Prilly, secepat kilat Des berlari dan memegang tangannya. Ia menarik tangan Prilly agar semakin dekat ke mobil itu dan mendorong-dorongnya. Refleks Prilly menarik tangannya dan mundur menjauhi mobil newah itu dan dari si om hidung belang. " Jadi elu yang ingin menjual gue, Des?" Mata Prilly melotot ke arah Des. Des, laki-laki ceking yang sering teler, mengkonsumsi narkoba dan mulutnya bau minuman.
Boby yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Des, yang terus-menerus memaksa Prilly supaya masuk ke dalam mobil neraka itu. Boby bergegas mendekati Des, si biang kerok atas apa yang terjadi semua itu, " Jangan kamu paksa dia, aku sudah tahu semuanya, kamu ingin menjerunuskan Prilly ke dalam rencanamu yang busuk itu, kamu bukan teman yang baik bahkan ingin melindungi Prilly. Boby menegaskan kepada Des. Dan suasana di depan mobil mewah itu menjadi kacau dan ramai karena telah terjadi pertentangan di antara mereka, teman sendiri.
Menyadari situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan itu, seketika itu juga mobil mewah si tambun langsung tancap gas melarikan diri. Tinggallah sekarang Prilly, Boby, dan Des berhadap-hadapan. Wajah Prilly merah padam menahan amarah dan memperhatikan kedua tangannya menunggu kira-kira siapa yang akan mengajaknya pergi. Sementara itu teman-temannya yang lain menunggu dengan rasa tegang.
"Ayo, Prill, kita harus pergi dari sini dan kamu Des, jangan coba berusaha untuk mengganggu dia lagi, sebaiknya kamu tinggalkan Prilly sekarang juga." Boby mengusir Des. Prilly memeluk Boby dengan tangisan karena Boby telah membelanya dengan tegas. Boby menenangkan Prilly untuk tidak berputus asa. Teman-temannya yang lain memberi dukungan kepada mereka berdua atas semua yang telah terjadi.
" Sebentar, Bob, gue harus melakukan sesuatu yang perlu gue lakukan, secepat kilat Prilly melepas pelukannya dari Boby dan Prilly bergegas menyusul Des, dan setelah dekat dengannya "Prak...Prak.." dengan sekuat tenaga Prilly menampar ke dua pipi Des. Prilly mengerahkan seluruh kekuatannya, amarah, rasa benci kepada orang yang mengkhianatinya.
" Sudah cukup, Prill, biarkan dia pergi." Boby menenangkan hatinya. Kelompok mereka kini terbelah dua yang mendukung Des mengikuti langkah-langkah laki-laki itu menjauh ke arah kolong jembatan dari lapangan tempat mereka berkumpul. sebagian lainnya memgikuti Prilly, gadis muda jelita ini berjalan sendiri ke arah yang berlawanan dengan arah yang dituju Des dan kelompoknya.
Sementara itu Boby berlari kecil menyusul Prilly yang berada di depannya dengan perasaan sedih dan kesal kepada Des yang telah melecehkan dan jahat kepadanya. " Mau apa kamu, Bob?" ujar Prilly ketika Boby telah sampai dan memegang tangan kirinya. " Gak usah ikutin gue, dengan kejadian ini, kini gue telah sadar bahwa gue harus pulang ke rumah gue, gue mau sekolah yang benar dan tidak keluyuran lagi di dunia yang hitam dan brengsek ini. Lu gak usah ikutin gue lagi, gue mau sendiri dan pulang." Prilly berbalik dan melanjutkan langka hnya.
" Tolong, please, kamu jangan Buru-buru marah kepadaku dong, Prilly, sabar dulu dong, kan kita bisa bicarakan yang baik-baik apa mau kita kedepannya." Boby merasakan perasaan sahabatnya itu yang tiba-tiba berubah karena kejadian tadi. Boby sebenarnya tidak bermaksud mengganggu dirinya yang ingin sendiri dan pulang ke rumah untuk fokus sekolah. Boby sadar akan bagaimana kehidupan yang sekarang mereka jalani itu, bukan suatu yang menjanjikan untuk masa depan mereka.
" Gue gak marah sama elu. Gue cuma mau merenungkan sendiri dan sadar pada diri gue betapa sudah menyia-nyiakan waktu gue selama ini, keluar dari rumah, tidak belajar dengan baik, luntang-lantung nggak karuan di jalanan. Gue sekarang mau fokus ingin sekolah dan belajar dengan baik, tidak menyiakan perjuangan orangtua gue yang sudah bekerja keras untuk menyekolahkan gue. Kembali kepada kehidupan gue yang sesungguhnya." Prilly menegaskan kepada Boby
" Baik, gue sangat setuju dengan ide dan rencana lu itu, pulang ke rumah orangtua dan kembali sekolah dan kuliah, dan tidak kembali ke jalanan menyia-nyiakan waktu dan cita-cita kita, fokus meraih masa depan yang indah." Boby memahami niat Prilly dan dirinya.
Mulai hari itu mereka berdua bertekad bulat untuk melupakan dengan apa yang sudah terjadi dan dialami bersama. Namun tidak melupakan persahabatan mereka berdua yang harus dijaga karena pertemuan mereka berdua telah membentuk sejarah persahabatan, pertemanan yang saling menginspirasi mereka, menuju hidup yang penuh arti dan berguna.
Waktu telah berputar dan cepat berganti, sejak perpisahan itu, Prilly dan Boby sudah jarang bertemu lagi, mereka nampaknya fokus dengan urusan sekolah dan kuliah masing-masing. Boby melanjutkan studynya di luar negeri di salah satu Universitas di negeri Paman Sam, USA dengan jurusan yang sesuai bakat dan keinginannya. Sedangkan Prilly baru saja menyelesaikan ujian terakhirnya di salah satu SMU dan berhasil lulus.
Tamat
Rays+SM
210722
Komentar
Posting Komentar