Romeo

Romeo

Aku menyebut Romeo, karena Aku tidak tahu Siapa nama asli pemuda tampan itu, berpotongan rambut sempurna yang sedari TK hingga kini berseragam putih abu-abu yang selalu diantar jemput oleh mobil Cadilac hitam itu. 

Keluarga Romeo sangat tertutup. Pertemuan RT serta acara kebersamaan warga lainnya tidak pernah hadir. Walau demikian menurut papaku yang menjabat sebagai sekretaris RT, keluarga Romeo cukup loyal untuk pembangunan ini-itu di kampungku, mulai dari renovasi  gardu ronda yang bocor, pengalihan lahan kosong menjadi arena bermain anak-anak serta pembangunan tempat ibadah di kampung kami, dan beliau adalah penyandang dana utama di lingkungan RT-ku.

Hingga  malam itu tiba, bayanganku akan kesempurnaan hidup Romeo dan keluarganya sirna, Romeo masuk ke warung nasi kami, ia menyengir kepadaku, " Hei, halo, masih ada nasi nggak?" Aku tersenyum padanya, " jam segini baru mau makan? cuma tinggal nasi putih sama gorengan." sahutku.

" Bisa tolong dibuatkan telor ceplokkah? katanya." Selanjutnya Romeo bercerita bahwa ia dihukum tidak sarapan, tidak diberi uang saku serta tidak diberi makan malam hari ini karena hanya menyabet juara ke 3 bukan juara pertama pada kontes piano tingkat nasional di Balai Sarbini kemarin.

" Kenapa aku selalu dituntut menjadi yang pertama, terbaik, juara 1, yang aku tahu , hidup itu tidak harus diukur dengan kemenangan dan kemenangan terus. Justru dengan kegagalan ini, aku bisa memahami akan kekuranganku dan mengambil hikmahnya untuk memperbaikinya supaya ke depannya aku bisa berhasil dan sempurna." keluh Romeo

Aku tertawa, " kalau aku cuma dicubit mamaku kalau nilaiku dibawah 70. bukan apa-apa kata mamaku, takut aku tinggal kelas," aku tersenyum seraya memberikan nasi serta telor ceplok kepada Romeo. " Eh, btw nama kamu siapa sih? aku Emmilia, panggilanku Emma." Romeo menerima piringnya, meletakkannya di meja kemudian menyambut uluran tanganku. " Aku Danny, lengkapnya Daniel Hartanto Mulyawan Gumilang."  "Busyet, itu nama atau kereta?" aku tertawa lagi. Romeo eh.., Danny tidak menjawab. Ia sibuk mengambil sendok dan garpu serta menusuk gorengan tahu dengan garpunya.

Tak berapa lama sambil makan tahu,  Danny tiba-tiba berkata: " Berarti kita sama dong! hanya bedanya kamu mendapat hukuman fisik sedangkan aku lebih parah lagi, bila tidak sesuai dengan yang diharapkan orang-tuaku, aku pasti kelaparan dan dicuekin...senang berkenalan denganmu, Emma." 

" He..he..nggak juga Dan, karena mamaku mencubitnya sambil ketawa. Juga nggak sakit. Itu cuma dorongan buatku untuk belajar lebih serius lagi." Aku juga mengatakan kepadanya bahwa aku sedang menulis lagu romance. " Maukah kamu menilai lagu perdanaku ini? bagus atau nggaknya? " Danny menatapku lalu mengangguk " Boleh juga." 

Aku mengambil buku partitur serta gitarku, " Dengerin ya, master." Danny tersenyum. Ia memasang wajah serius serta melipat ke dua tangan menopang dagunya. Aku bersemangat melihat ekspresi Danny. Aku memetik gitarku tanpa menyanyikan liriknya. Sebenarnya aku ingin, namun rasa malu menguasaiku. Saat petikan gitarku berhenti berdenting, hatiku was-was menunggu respon Danny. Sesaat keheningan menyelimuti kami, Gerimis mulai turun. " Hei, Dan, apa komentarmu? " tanyaku tak sabar. " Mmm...semuanya bagus, cuma di beberapa bagian mirip refrain lagu romance lama, apa ya, dia lupa judulnya. Kamu bisa dituduh plagiat untuk bagian itu." ujar Danny. Dueer...! aku sungguh terkejut mendengarnya.

" Jangan baper dong, kamu bisa belajar lagi, jika kamu mau jadi lebih mahir bermain gitar atau alat musik lainnya, perbanyak porsi latihan dan memperhatikan not baloknya. Ciptakan lagu asli atau orisinil ciptaan kamu sendiri, Emma...karena bila kita ikut-ikutan karya orang lain apalagi menciplaknya, wah bisa celaka 13 tuh. Danny juga sebenarnya tidak suka meniru karya orang lain , no way lah ..." saran Danny kepadaku, karena karya asli akan dikenang sepanjang masa oleh pendengar atau penikmat musik.

" Padahal aku nggak menjiplak karya orang lain loh, ini murni karyaku sendiri." ujarku lesu. Danny memberi nomor WAnya 081x xxxx xxxx, berapa WA-mu? Tanya Danny mengeluarkan ponselnya. Aku menyebut nomor WA-ku, dan Danny menyimpan nomorku, kemudian bangkit berdiri. Danny pulang, karena besok ada ulangan kimia di sekolahnya. Danny membayar makanannya dan berlari menembus gerimis sebelum aku sempat mengucapkan terima kasih atas review laguku, serta sebelum dadaku meledak karena bahagia. Aku menatap punggungnya menjauh hingga lenyap di tikungan jalan.

Hari-hari berlalu dengan cepat usiaku kini genap 24 tahun. Aku sudah menyabet gelar sarjana ekonomi. Romeo, tetanggaku yang tampan itu, selepas SMA melanjutkan study ke Universitas The Juilliard School, New York, USA. Sekolah terkenal ketat dengan saringan masuknya. Universitas khusus untuk orang-orang yang berbakat di bidang musik. Danny yang hebat tentu berhasil masuk ke sana dengan mudah. Aku tetap saling berhubungan dengannya melalui WA dan juga saling komen di FB. Di saat waktu luangku sebagai customer service di sebuah bank swasta, aku masih menyempatkan diri untuk menulis lagu. Sebuah lagu balada dengan judul Romeo, aku kirimkan ke salah satu produser rekaman. Lagu yang berisi seluruh curhatan dan kekaguman serta cintaku pada Romeo.

Kemudian Danny berhasil menyelesaikan study musiknya di Universitas The Juilliard School. Selama di New York, dia tidak pernah lupa mengirim kabar kepadaku, kadang kala curhatanku dijadikan inspirasi baginya dalam bentuk sebuah lagu cinta. Dan Danny juga  mengirimkan lagu itu kepadaku, betapa senangnya hatiku menerima kirimannya itu,  "so sweet." batinku berkata

Selang beberapa bulan kemudian, entah apa yang telah terjadi, sesudah itu kontak aku dengan Danny terputus. Rumah mewah orang tua Danny dijual, aku mendengar kabar, mereka mengalami kebangkrutan dan juga ada kabar bahwa keluarganya mengalami penipuan yang berimbas bengkrutnya perusahaan itu atau...aku tidak mengerti akan semua itu. Danny pun entah ada dimana dan dia tidak pernah lagi membalas WA-ku, Rasa rindu yang membuncah membuat inspirasiku tumbuh untuk mencipta lagu-lagu rindu.

Aku merasa sedih, karena tidak dapat bertemu dengannya lagi. Melalui WA-nya bahkan sosok tubuhnya. Seakan-akan Danny lenyap ditelan bumi, hilang dan tak ada kabar dimana keberadaan Romeoku.      

                            Tamat


Rays+CK
180722






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senandung Damai Di Negeri-Ku, Indonesia

Perhatian Yesus Kepada Orang-Orang Yang Mendatangi-Nya

Istirahat dan Makan pun Tidak Sempat