Yosepha
Yosepha
Tidak ada yang aneh, pertemanan Yosepha dan teman-temannya semua berjalan baik dan normal-normal saja. Rico diam-diam menyukainya dan masa-masa yang penuh keceriaan, masa-masa bahagia selalu dijalani mereka bersama.
Cinta lokasi di sekolah pun terjadi antara siswa pria dan wanitanya, yang saling menyukai, saling memberi perhatian dan saling membantu serta menjaga. Bak cerita film cinta di SMU, film percintaan yang booming saat itu.
Selain belajar, Rico dan Yosepha digadang-gadang oleh teman-teman sekolahnya menjadi pasangan yang serasi, Yosepha yang pendiam, tidak banyak ngomong, dan Rico yang super bawel, dirasakan teman-teman mereka adalah pasangan sekolah yang cocok di SMUnya.
Yosepha pergi dan pulang sekolah selalu bersama Rico, Yosepha menganggap Rico sebagai teman baiknya. Masa tiga tahun di SMU tidak melunturkan keceriaan dan kebersamaan para siswa sekolah itu. Namun setelah duduk di kelas akhir mereka mulai dituntut dan belajar lebih serius lagi untuk mempersiapkan dan menghadapi ujian akhir sekolah, keceriaan mereka masih tetap ada walau tidak seperti keceriaan mereka di kelas 2 SMU.
Rico dan Yosepha bersama dengan teman-teman lainnya menyibukkan diri dengan mempelajari materi-materi ujian supaya dapat berhasil lulus ujian sekolah. Keseriusan menjadi hal lebih penting sekarang ini.
" Bagaimana dengan kamu, Pha, sudah siap untuk menghadapi ujian ini?" tanya Rico kepadanya. " Sudah Co, aku sudah siapkan dengan belajar lebih banyak dan lebih malam. Bagaimana kamu sendiri? " balas Yosepha bertanya kepada Rico. " Ya, aku juga sudah mempersiapkannya, Pha." Jawab Rico. Meskipun mereka tidak belajar bersama tetapi mereka berdua mempersiapkannya dengan baik, sama dengan teman-temannya yang lain.
Hari H yang ditunggu-tunggu pun tiba saatnya, mereka tiba di sekolah lebih awal sebelum waktu ujian dimulai. Mereka mencari dan menempati nomor meja yang sudah ditetapkan oleh team penguji. Yosepha menempati nomor meja 12 sedangkan Rico nomor 19. Satu meja ditempati satu peserta ujian. Jaraknya agak berjauhan dan tidak diperkenankan berbicara.
Para siswa telah memenuhi nomor meja ujian yang sesuai nomor yang dimilikinya. Kemudian dua orang guru sekolah memasuki ruang kelas ujian, dan tepat pukul 07.00 pagi, salah datu guru menjelaskan syarat-syarat menjawab ujian dan membagikan lembaran ujian kepada setiap siswa. Guru lainnya mengawasi peserta ujian, barangkali ada siswa yang nakal dan menyontek.
Waktu terus berjalan dan ujian akhir masih terus berlangsung, tepat jam 11.00 siang ujian selesai, hari pertama ujian telah usai. Rico ikut keluar bersamaan teman ujian lainnya, dia segera menyusul Yosepha yang memang keluar duluan. Bertanya kepada teman, mungkin ada yang tahu keberadaan Yosepha. " Tin, kamu melihat Yosepha gak?" tanya Rico kepada Tina. Segera Rico bergegas keluar dari pintu gedung sekolahnya menyusul dan menemui Yosepha yang sedang menunggu Rico di tempat parkiran yang diberitahu Tina kepadanya. Rico mendekati Yosepha sambil mengangkat tangan kanannya disertai senyuman kepadanya dan Yosepha senyum kepadanya, " Ayo, Pha." Rico membonceng dan mengantarnya pulang dan Rico pun pulang ke rumah, tidak mampir lagi ke rumah Yosepha karena mau istirahat dan mempersiapkan materi ujian besok.
Hari kedua ujian dilalui Rico dan Yosepha dan teman-temannya dengan lancar demikian hari-hari berikutnya sampai hari tetakhir ujian. Mereka semua merasa lega dan senang karena ujian akhir sekolah telah dilalui dengan baik. Hari-hari penuh dengan perjuangan yang cukup berat demi masa depan pendidikan
selanjutnya.
Ucapan selamat, saling menyapa dan menghibur mewarnai pertemanan mereka, dan telah memecahkan kesunyian yang berlangsung selama 5 hari itu. " Hai, teman-teman ayo kita kumpul dan bersama merayakan selesainya ujian kita hari ini, ayo kita ke kantin, minum dan makan merayakannya dengan gembira." Ajakan ketua kelas kepada teman-teman. " Ayo, ayo, dan bayar masing-masing, ya." Jawab yang lainnya dengan rasa senang
Setelah ujian kelulusan, tidak ada lagi pelajaran di kelas. Ada yang hadir dan ada yang absen, mereka merasa lega karena tidak ada lagi pelajaran sekolah yang kadang bisa bikin mumet di kepala. Keceriaan mereka nampak mengisi hari-hari untuk pengumuman kelulusan ujian mereka. Dengan mengisi kekosongan, mereka bermain basket di lapangan sekolah, bermain tennis meja, mengobrol di kelas dan kegiatan lainnya.
Yosepha berada di kelas bersama Yola dan Tina sedang mengobrol. "Entah obrolan apa yang sedang dibahas." Batin Rico ingin tahu. sedangkan Bapak dan ibu guru tidak nampak seperti biasanya berlalu-lalang hendak mengajar, tetapi sekarang mereka sedang berada di ruang guru sedang memeriksa hasil ujian para siswanya.
Waktu jua akhirnya menjawab semua peristiwa di SMU itu, Yosepha lulus, dan Rico juga lulus, serta teman-teman sekelasnya pun juga lulus semua, 100% lulus. Kegembiraan mereka tak tertahan lagi, mereka saling memberi ucapan selamat, bersalaman, memeluk, dan memberi tanda tangan di baju putih, seragam sekolah.
Malam kesenian pun diadakan seperti sebelum-sebelumnya, menjadi tradisi acara pelepasan dan kenang-kenangan sekolah SMU itu, Rico dan Yosepha juga ambil bagian mengisi acara perpisahan sekolahnya. Haru biru mengisi hati ke hati para siswa, guru, pengurus dan pemilik yayasan serta pegawai sekolah.
" Kamu mau melanjutkan kuliah kemana, Pha?" setelah lulus SMU ini?" tanya Rico. " Aku mau...maaf, aku ...akan memberitahumu nanti ya, Co." jawab Yosepha. " Aku rencananya mau melanjutkan kuliahku di salah satu universitas dan mengambil jurusan teknik." Rico memberitahunya. " Bagus Rico, aku ikut senang mendengarnya kamu melanjutkan kuliahmu, kudoakan semuanya dapat berjalan lancar dan dimudahkan segalanya untuk menggapai keberhasilanmu kelak." Yosepha mendukung Rico.
Rico mulai sibuk berkuliah di Fakultas Tehnik, dan berusaha menyempatkan waktu luangnya mendatangi rumah teman baiknya, Yosepha. Rico tiba di depan rumahnya, namun pintu rumah tertutup dan keadaan sepi disekitar rumahnya. Rico mengetuk pintu itu dan tidak menemukan jawaban dari dalam rumah Yosepha.
Seminggu kemudian Rico datang kembali ke rumah Yosepha, hanya terdengar suara adik Yosepha di dalam rumah, Rico memberanikan diri dan mengetuk, dan adik itu membuka pintu dan bertanya " Kakak, siapa ya?" Rico Segera menjawab "saya teman Kak Yosepha, Kak Yosephanya ada, dik?" " Tidak ada Kak." jawabnya. Rico pamit dari adiknya karena orang tua Yosepha sedang tidak ada di rumah.
Belakangan ini Rico sering tidak menemui Yosepha, " Ada apa ya dengannya, akhir-akhir ini, aku tidak melihat dia, apa yang terjadi dengannya?" Batin Rico bertanya
Rico ingat sewaktu Yosepha ngobrol dengan Yola dan Tina di kelas ketika setelah selesai ujian dan mengisi kekosongan kelas di SMU. Rico berusaha mencari tahu kabarnya Yosepha, dia mendatangi Rumah Yola. Kebetulan Yola ada di rumahnya, Yola menyambut Rico dengan rasa senang, karena bisa ketemu lagi. Rico bertanya kepadanya " Yol, belakangan ini saya tidak pernah ketemu Yosepha, kemana, Ya, kamu bisa beritahu saya keberadaannya dan mungkin kamu tahu, Yol?"
Yola mengangguk dan memberitahu Rico tentang keberadaan Yosepha, " Ric, memang kamu belum tahu tentang Yosepha, dia telah memutuskan pilihannya yang terbaik buat dirinya." Rico masih belum mengerti dengan apa yang dikatakan Yola, " Maksudmu, Yol, apa ya? aku sama sekali belum mengerti nih." Yola memperhatikan wajah Rico yang tegang, maksudku " Yosepha telah memutuskan menjadi seorang biarawati, Seorang suster katolik, Rico." Rico merasa kaget mendengar penjelasan dari Yola. Rico terdiam dan berusaha menerima keputusan terbaik dari teman baiknya itu, Yosepha telah mengambil keputusan yang sangat penting dan terindah dalam hidupnya untuk menjadi seorang biarawati.
"Kamu harus bangga ya, Ric, bahwa salah satu teman kita menjadi seorang biarawan katolik, Yosepha telah lulus dari segala pergumulannya selama ini, kita tidak tahu akan kehendak Tuhan bagi seseorang, teman kita ini, sungguh lulus dari segala ujian termasuk ujian sekolahnya."
" Kamu benar, Yol, aku gak boleh egois ingin memiliki dia, tetapi aku rela kok, Yol, atas semua itu, aku juga bangga pertemanan kita tidak akan pudar meskipun cintaku kepada Yola tidak harus kumiliki. Dia milik Tuhan, seperti kita juga milik-Nya hanya berbeda panggilan-Nya." Rico membesarkan dirinya
Yola pun Bangga dengan Rico, pemuda baik dan pengertian. Yola memberi senyum manis kepada Rico karena bijaksana dan dewasa. " Kita bersama doakan Yosepha, ya, Ric supaya dia diberikan kekuatan untuk berhasil menjadi seorang biarawati yang terbaik bagi kita semua." Ajakan Yola kepada Rico.
Rico pamit kepada Yola dan mengucapkan terima kasih atas jawaban yang selama ini dia cari. " Aku tak akan mengganggumu, Yosepha, aku mendoakan kamu yang terbaik atas pilihanmu yang terbaik juga, selamat sukses untuk kamu, Pha." Batin Rico
Tamat
Rays
040722
Komentar
Posting Komentar