Cinta Memang Buta
Dipersimpangan
Setiap orang pernah merasakan berada di persimpangan jalan untuk menentukan arah pilihan hidup demi cinta semata atau untuk menentukan masa depan bagi seseorang.
Seperti yang dialami oleh Velicia, seoramg gadis dewasa, anak kedua dari dua bersaudara, yang memiliki kakak bernama Veron. Veron, kakaknya itu kini telah berkeluarga dengan wanita yang memiliki satu keyakinan yang sama.
Velicia sendiri masih memiliki keyakinan yang sama dengan kaluarganya. Namun kekasih Velicia, Doni memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Yang membuat kedua orang tua Velicia gusar dan berusaha terus menerus membujuk Velicia, anak itu untuk bisa menerima dan mematuhi saran ibunya.
Harapan keluarga agar dirinya memiliki arah tujuan yang sama dan tidak berbeda-beda, satu ke kanan dan satunya lagi ke kiri sehingga dapat membingungkan atau menyulitkan anak-anak ke depannya karena adanya perbedaan di antara mereka, karena sulit untuk anak-anak mengambil keputusan yang sama dari seluruh anggota keluarga.
Nasihat dan saran yang seringkali ditujukan oleh ibunya kepada Velicia tetap saja tidak membuatnya bergeming dengan disertai banyak alasan darinya. Karena merasakan ada kecocokan dengan Doni, kekasih hatinya.
Doni dan Velicia adalah teman satu kantor di sebuah perusahaan tempat mereka bekerja. Seringnya ada komunikasi yang intensif di antara mereka yang memunculkan benih-benih cinta. Ada rasa saling mencintai, membutuhkan dan mengisi hari-harinya untuk saling memberi perhatian dan menghibur , semua itu nampak tersirat di wajah Velicia ada rasa damai dan bahagia.
Berulang kali Velicia berkata kepada ibunya : "Aku tetap tidak mau mengikuti keinginan ibu untuk diriku dijodohkan dengan David."
"Kamu kan tahu David itu anak baik, pintar dan ganteng lagi, kok kamu gak mau dijodohkan dengannya, dia kan satu iman denganmu, Vel."
"Pokoknya aku gak mau, aku kurang suka, bu."
Ibu Asri tidak dapat meneruskan perkataannya untuk meyakinkan Velicia meskipun itu semua untuk kebaikan dan kebahagiaannya kelak.
David adalah pemuda pemalu dan belum punya pacar hingga sekarang. Dia bekerja di perusahaan yang pesat berkembang, rajin dan pria yang bertanggung jawab, apalagi ia sayang kepada ibu Soni, ibunya.
Ibunya yang dipanggil bu Soni olehkarena ayah David bernama Soni. Ia sangat berperan kepada anaknya yang semata wayang untuk dijodohkan dengan Velicia, anak ibu Asri. Bu Soni dan bu Asri sahabat yang sudah saling mengenal di komunitas lansia paroki. Mereka senang bila bisa berbesan di antara mereka.
Suatu ketika bu Soni mengunjungi kembali ibu Asri.
"Bu Asri, bagaimana kabar Velicia?" dengan senyum menawannya
"Baik, bu. Semuanya baik dan Velicia juga baik, terima kasih bu Soni atas perhatiaannya."
"Iya bu gak apa-apa, saya senang mendengarnya semua dalam keadaan baik, bu."
Karena bu Soni memiliki keinginan yang sangat besar untuk dapat menjodohkan David, anaknya dengan Velicia. Berulang kali bu Soni menanyakan keadaan Velicia dari bu Asri. Namun semua yang di dapatkan tidak sesuai harapan bu Soni dan bu Asri. Velicia tetap tidak mau dijodohkan dan ia masih bersama Doni mengisi hari-harinya berdua.
Kegagalan-kegagalan menjadi makanan sehari-hari dirasakan oleh kedua keluarga. Bu Asri pun sudah merasa jenuh dan putus asa dengan Velicia yang tidak bisa lagi dibujuk atau patuh kepadanya. Bu Asri merasa sedih karena tidak mampu mengungkapkan masalah tersebut dengan ayah Velicia, beliau telah lama wafat, meninggalkan mereka ke sorga.
"Kamu ada waktu Vel, malam ini?" tanya Doni
"ada apa Don, kamu nampak begitu serius?" balas Velicia
"Aku ingin mengajakmu malam ini untuk menghadiri undangan perkawinan tetanggaku sekalian mengenalkanmu kepada keluarga besarku di rumah."
"Ya sudah Don, aku ada waktu kok, kamu jemput aku di rumah atau kita langsung dari kantor nih!"
"Sebaiknya dari kantor aja ya Vel, supaya tidak buang waktu. Langsung kita berangkat ke rumahku untuk istirahat sebentar dan bertemu dengan keluarga di rumah, setuju Vel?"
"Ok sayang, aku setuju dan aku telpon ibuku di rumah untuk memberitahukannya."
"Ok silahkan sayang, dan terima kasih."
Sementara itu di rumah Velicia, Veron dan istrinya serta ibu sedang makan malam bersama.
"Velicia tadi sore memberitahu ibu, ia tidak langsung pulang dan makan bersama karena ia diajak Doni pergi menghadiri undangan perkawinan tetangganya."
"Ya bu." Veron mengerti
"Mari kita makan bersama tanpa dia, mau apa lagi dengan dia, ibu sudah berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk meyakinkannya namun dan ia tidak mau menerima nasihat ibu, yang sabar ya bu." bujuk Veron
"Ya nak, untung ibu memiliki kamu dan istrimu yang baik dan berbakti kepada ibu, ibu bisa tenang karena kalian menerima semua keluhan ibu, terima kasih ya nak."
"Ya bu, Susan akan senantiasa sayang dan perhatian kepada ibu seperti Veron berbakti kepada ibu." Susan berusaha menghibur mertuanya
Setahun kemudian bu Soni telah memiliki seorang menantu, dan merasa bahagia karena David sudah berkeluarga sesuai harapannya. Persahabatan bu Soni dan bu Asri tetap terjaga dengan baik antara mereka berdua. Bu Asri pun merasa sedikit lega karena tidak tidak enak hati ketika bu Soni menanyakan bagaimana kabar Velicia waktu itu. Bu Asri tidak mempunyai jawaban yang menggembirakan untuk bu Soni.
"Syukur dan ikut bahagia bu Soni, David sekarang sudah memiliki istri yang baik dan seiman."
"Ya bu Asri terima kasih atas doanya ."
Velicia bergegas hendak pergi ke kantor dan pamit kepada ibunya.
"Ibu, aku berangkat!"
"Ya nak, hati-hati."
Hari-hari seperti itu dijalankan oleh mereka, Ibu Asri masih terus berharap anaknya itu menyadari maksud dan kebaikannya. Sedangkan Velicia masih terus asyik bersama Doni menata kehidupan.
Waktu terus berputar tak banyak yang berubah dari hari-hari sebelumnya. Dan satu perubahan yang sangat besar adalah Velicia memberitahukan ibunya bahwa ia segera menikah dengan Doni. Ibu Asri tidak bisa berbuat apa-apa lagi baginya. Hanya doa yang terbaik dipanjatkan olehnya untuk kebahagian Velicia dan Doni.
Rays
061123
Komentar
Posting Komentar